Selasa, 20 Desember 2011

Asuhan Keperawatan Space Occupying Lession, Tumor Otak

ASUHAN KEPERAWATAN SPACE OCCUPYING LESSION / SOL


A. Pengertian
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada infrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Brenda, 2001).
Tumor otak merupakan lesi destruktif pada CNS Tappa. Penanganan akan menjadi fatal benigna / maligna, di dalam bagian / luar otak, invasif / noninvasive, pertumbuhan lambat/cepat (Black & Matussarin, 1997).
Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh (Tim FKUI, 1996).
Tumor otak diklasifikasikan menjadi :
1. Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf kranial
Ex. : neuroma akustik
2. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (meningen)
Ex. : meningioma
3. Tumor yang berasal dari jaringan otak
Ex. : glioma
4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya

Berdasarkan jenis tumor dapat dibedakan menjadi :
1. Jinak (benigna)
Ex. : acoustic neuroma, meningioma, pituitang edenoma, astrocitoma (tingkat I)
2. Ganas (maligna)
Ex. : astro cytoma, oligodeudioglioma, apendyoma (tingkat 2, 3, 4)
Berdasarkan lokasinya, tumor dibedakan menjadi:
1. Tumor intra dural
a. Tumor intra kranial extra cerebral
Ex.: neuroma, tumor hypofise, meningioma.
b. Tumor infrakranial intra cerebral
Ex. : glioma, astrocytoma, dan ganglioma
2. Tumor ekstra dural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, paru, ginjal dan lambung.

B. Etiologi
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena. Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
3. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang terletak pada satu sisi.
4. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.
6. Tumor sudut cerebelopointin
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama
- Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
- Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke V/trigemirus)
- Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis)
- Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)

C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis, gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/ invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentunya disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan avebrovaskuler primer. Sedangkan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya masa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya masa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum seluruhnya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruang subaralinoid menimbulkan hidrochepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi inkus serebral. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporal bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu masa posterior kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat, intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen tengkorak
Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari 2 arah, ialah anteroposterior dan lateral.
2. Lumbal fungsi, arteriografi dan pneumoensefalografi
3. EEG
4. CT-scan
5. MRI
E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
- Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
- Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien :
1. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi
2. Setelah tumor recurance
3. Setelah lengkap tindakan radiasi
- Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya:
- Kehilangan memory
- Paralisis
- Peningkatan ICP
- Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
- Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
- Mental confusion
Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, memfestasi klinik :
- Perubahan visual dan verbal
- Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala
- Perubahan pupil
- Kelemahan otot / paralysis
- Perubahan pernafasan

H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data klien
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit sekarang
c. Pemeriksaan fisik
- Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorlektasi, afasia, penurunan/ kehilangan memory, efek tidak sesuai, berdesis
- Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur, diplopia, halusinasi
- Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
- Jantung : bradikardi, hipertensi
- Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial, obstruksi jalan nafas
- Sistem hormonal : aminorhea, rambut rontok, DM
- Motorik : kelemahan sendi, hiper ekstensi, disfungsi neuro auskuler, ataxia

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi neuromuscular (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan) ditandai dengan : perubahan kedalaman pernafasan, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi
Tindakan:
- Bersihkan jalan nafas
- Monitor TTV
- Pantau AGD
- Monitor penurunan AGD
- Kolaborasi pemberian O2
2) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipoxia jaringan, serebral, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, defresi SSP dan edema
Tindakan:
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
- Catat status neurology secara teratur
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau TTV
- Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman penglihatan dan penglihatan kabur
- Pantau suhu lingkungan
- Pantau intake dan output turgor
- Batasi batuk, muntah
- Pertahankan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
- Tinggikan kepala 15-450

3) Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, membungkuk, mengejan.
Tindakan:
- Pantau nyeri PQRST
- Beri kompres dimana area yang sakit
- Monitor TTV
- Beri posisi yang nyaman
4) Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tindakan:
- Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
- Pantau tingkat kesadaran
- Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
- Observasi saat kejang, antikonvulsi
- Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas

5) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan patologi penyakit ditandai disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi.
Tindakan :
- Kaji rentang perhatian
- Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
- Pertahankan bantuan yang konsisten
- Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
- Instruksikan untuk melakukan relaksasi
- Hindari meninggalkan klien sendiri
6) Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
Tindakan :
- Kaji status mental dan tingkat cemas
- Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
- Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
- Libatkan keluarga dalam perawata

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E & Moorhouse, 2000. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Engram, Barbara, 1998. Rencana Asuhan KMB. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C & John E Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, 1998. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika Gesapius

Smeltzer & Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Photobucket