Sabtu, 23 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KARDIOMIOPATI

KARDIOMIOPATI

Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokard yang menyerang pada otot jantung (Myocard) dan penyebabnya tidak diketahui.
Penyakit ini dapat ditemukan pada semua jenis kelamin pria dan wanita, pada semua golongan umur.
Pembagiannya :
1. Kardiomiopati Kongestif/Dilatatif.
Kardiomiopati Kongestif adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik yang ditandai dengan adanya dilatasi dari rongga-rongga jantung dan gagal jantung kongestif.

Mulainya secara perlahan, gejala payah jantung menjadi progresif dalam kurun waktu beberapa bulan.
Etiologinya :
Tidak diketahui.
Ada hubungannya dengan;
o Pemakaian alkhohol yang berlebihan.
o Gravidarum dan puerperium.
o Hipertensi sistemik.
o Infeksi virus.
o Kelainan  autoimun.
o Pengaruh zat-zat fisik dan kimiawi.
Gejalanya :
Payah jantung kongestive terutama kiri.
Capek dan lemas.
Dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik dan paru.

2. Kardiomiopati Hipertrofik.
Kardiomiopati Hipertrofik adalah Hipertrofi ventrikel tanpa penyakit jantung atau sistemik lain yang dapat menyebabkan Hipertrofi ventrikel ini. Ditandai dengan penebalan (hipertrofik) ventrikel kiri, dimana penebalan septum interventrikularis lebih mencolok. 
Etiologi 
Tidak diketahui.
Diduga berhubungan dengan sebab :
o Genetik, famili, turunan.
o Kelainan pada pembuluh darah koroner.
Gejala :
Dyspnoe, Angina pectoris.
Capek, palpitasi, sincope.

3. Kardimiopati Restriktif.
Ditandai dengan adanya gangguan pada fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan menghalangi pengisian ventrikel.
Etiologi:
Tidak diketahui.
Sering ditemukan pada : hemokromatosis, Deposisi glycogen, Endomyocardial, fibrosis, eosinophilia.
Gejala :
Lemah, sesak nafas, payah jantung sebelah kanan, Tanda serta gejala sistemik; hemokromatosis.

Kompliasi / penyulit :
Sinkope, gagal jantung, aritmia dan trombosis.

Pengkajian:
Type I : 
Jantung dapat membesar sekali, bunyi jantung ke 3 dan 4 dapat terdengar.

Type II:  
Pembesaran jantung ringan.
Pada apek teraba getaran sistolik dan kuat.
Bunyi jantung ke 4 biasanya terdengar.
Bising sistolik yang mengeras pada tindakan valsava.

Type III : 
Pembesaran jantung sedang.
Bunyi jantung ke 3 dan ke 4 .
Regurgitasi mitralis atau trikuspidalis.

Pemeriksaan penunjang ;
Foto Thorax, pada kardiomiopathi dilatatif akan didapatkan kardiomegali dan edema paru.
EKG, Akan tampak “Left Ventrikel hypertropi” pada jenis kardiomiopati hypertropi..
Ekocardiografi ; dapat dilihat adanya dilatasi, penebalan pada jantung.

Pengobatan / penatalaksanaan:
Type I:
Tidak ada pengobatan spesifik, karena manifestasi klinis gagal jantung, pengobatan gagal jantung, serta pemberian antikoagulan untuk mencegah trombosis.

Type II:
Karena manifeatasi klinis berupa Aritmia beta bloker. Obstruksi outflow saluran ventrikel kiri, penebalahan septum partial / dilakukan reseksi.

Type III:
Karena manifestasi klinis berupa gagal jantung; pengobatan gagal jantung, obat-obat aritmia. Pembedahan reseksi endokard yang menebal.

Data persistem yang mungkin dapat muncul (kami identikkan dengan gagal jantung congestif) dimana permasalahan pokoknya adalah kelemahan jantung yang menyebabkan menurunnya cardiac out put.
Aktivitas / istirahat : Mungkin akan kita dapatkan data : insomnia, kelemahan / kecapaian menurun , nyeri dada saat aktivitas, sesak nafas saat istirahat, perubahan status mental, kelelahan, perubahan vital sign saat aktivitas.
Cirkulasi : adanya riwayat hipertensi, IMA, IMK, Irama ; disritmia, Edema, PVJ meningkat, pembedahan jantung, endocarditis, anemia, SLE, shock septic, , penggunaan obat beta bloker.
Eliminasi : penurunan pola, nocturia, warna kencing gelap, konstipasi, diare.
Makanan / cairan : anorexia, mual, muntah, pertambahan berat badan yang mencolok, pembengkakan extremitas bawah, penggunaan deuretika, diet garam, distensi perut, oedema anasarca, setempat, pitting udema. Diet tinggi garam, makanan olahan (diproses), lemak, gula protein.
Kebersihan diri : indikasi penurunan kebersihan diri, kelelahan , menurunnya  self care.
Nyaman / nyeri : Nyeri dada, menarik diri, perilaku melindungi diri, tidak tenang, gelisah, sakit pada otot, nyeri abdomen ke atas, takut, mudah tersinggung.
Respirasi : sesak nafas , tidur setengah duduk, penggunaan banyak bantal, batuk dengan tanpa sputum, nafas Crekles, Ronky (+), riwayat penyakit paru kronis, penggunaan alat bantu nafas. 
Neuro sensori : kelemahan, pening, pingsan, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
Interaksi social : penurunan keikut sertaan dalam aktivitas social.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan kerusakan otot miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac out put.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongestif polmunal.

RENCANA KEPERAWATAN 

Diagnosa Nomor 1.
Tujuan :Menurunkan beban jantung.
Kriterian : Vital sign dalam batas normal, bebas dari gejala gagal jantung, dyspnoe menurun.

INTERVENSI RASIONAL.
1. Auskultasi nadi apical, kaji frekwensi, irama jantung.
2. Catat bunyi jantung, palpasi nadi perifer, pantau tekanan darah.
3. Kaji kulit terhadap pucat, dan sianosis.

4. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
5. Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah kulit lutut.
6. Berikaan obat sesuai insruksi / kolaborasi.: deuretika, Morphin, Vasodilator 1. Kondisi ini tachikardia.

2. Penurunan cardiac output tampak pada nadi, dan tekakan darah.
3. Pucat indikasi penurunan perfusi ferifer, cyanosis karena kongseti vena.
4. Meningkatkan sediaan oksigen untuk miokard.
5. Menurunkan statis vena, dan insiden thrombus.
6. Menurunkan preload, afterload .

Diagnosa Nomor 2
Tujuan : Pasien dapat melakukan kegiatan sehari hari.
Kriterian : Dapat berpartisipasi dalam aktivitas, dapat memenuhi kebutuhan sendiri, vital sign normal selama aktivitas.

INTERVENSI RASIONAL.
1. Periksa vital sign sebelum dan segera setalah latihan.
2. Catat respon cardiopolmunal terhadap aktivitas.

3. Kaji penyebab kelemahan.

4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas, selingi aktivitas dengan istirahat.

6. Kolaborasi program rehabilitasii jantung / aktivitas. 1. Hypotensi ortostatik dapat terjadi karena aktivitas.
2. Penurunan miokard untuk meningkatkan secuncum selama aktivitas.
3. Kelemahan dapat terjadi karena efek obat.
4. kelebihan aktivitas meningkatkan decompensasi jantung.
5. Aktivitas tanpa mempengaruhi stress miokard/ kebutuhan oksigen berlebihan.
6. Peningkatan aktivitas bertahab menghindari kerja jantung berlebihan.

Diagnosa Nomor 3.
Tujuan :Pasien dan keluarga tahu pencegahan terulangnya gagal jantung Kongestif.
Kriterian : pasien dan keluarga mentaati program therapy, dapat menyebutkan tanda dan gejala untuk intervensi cepat, merubah pola hidup yang dapat menimbulkan stress.

INTERVENSI RASIONAL.
1. Diskusikan fungsi jantung normal dan perbedaan kelainan pada jantung.
2. Kuatkan rasional pengobatan.

3. Diskusikan pentingnya menjadi seaktiv mungkin, tanpa menjadi kelelahan dan istirahat diantara aktivitas.
4. Diskusikan pentingnya pembatasan natrium, berikan daftar kandungan natrium pada makanan umum yang harus dibatasi.
5. Dskusikan obat, tujuan dan efek sampingnya, berikan instruksi secara verbal dan tertulis.
6. Anjurkan pasien makan makanan sesuai dengan diet yang diberikan. 1. Pengatahuan meningkatan ketaatan pada program pengobatan.

2. Pemahanan tentang obat dapat membantu mengontrol gejala.
3. Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi kelemahan jantung.

4. Pemasukan diet natrium diatas 3 gr / hari menghasilkan efek deuretik.


5. Pemahaman pasien dapat mencegah terjadinya komplikasi.

6. Diat yang ditetapkan membatasi masuknya natrium secara berlebihan.

Diagnosa Nomor 4.
Tujuan : Pertukaran gas adekwat dan pasien dapat bebas dari sesak.
Kriterian : Pasien tidak sesak, nilai GDA dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL.
1. Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi nafas, ronki, mengi,
2. Anjurkan pasien batuk efektif dan nafas dalam.
3. Dorong perubahan posisi sesering mungkin / setiap 2 – 3 jam .
4. Pertahankan tirah baring dengan dengan kepala tempat tidur 20 – 30 derajat, posisi semi fowler dan sokong tangan dengan bantal.
5. Pantau GDA secara serial.

6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

7. Berikan obat sesuai indikasi.  Deuretika: Furosemid, bronkodilator. Aminophilin, 1. Indikasi kongesti paru / pengumpulan sekret.
2. Membersihkan jalan nafas dan, memudahkan aliran oksigen.
3. Mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Menurunkan konsumsi oksigen, meningkatkan ekspansi paru maksimal.

5. Hipoksemia dapat memberat selama edema paru.
6. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, mencegah hipoxemia jaringan.
7. Menurunkan kongesti alveolr, meningkatkan pertukaran gas,

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.

                    (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya 

Photobucket