Sabtu, 23 Juli 2011

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS MENINGITIS

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS
MENINGITIS

90 %  kasus terjadi pada 
anak umur 1 bln  -  5 th
MENINGITIS BAKTERI 
Etiologi  :
H. influenza ( type B )
Streptokokus pneumonie
Neisseria meningitides ( meningococus)
 Hemolytic streptococcus
Stapilococus aureus
Escherecia coli
Faktok Predisposisi
Laki-laki > perempuan
Faktor maternal
-   ketuban pecah dini
      -   Infeksi maternal pada akhir kehamilan  meningitis pada neonatus
Penurunan mekanisme immune dan penurunan leukosit  meningitis pada BBL
Anak dengan kekurangan imunoglobulin dan anak yang minum obat imunosupresant


Infeksi


Pembuluh darah Penetrasi Luka


CSS

Seluruh rongga sub arachnoid

Eksudat                                                  Tuberkel

Kelainan pembuluh darah             Obstruksi sisterna  basalis
    (Arthritis-phlebitis)  

        Infark Otak                                       Hidrocephalus


      Pelunakan Otak
MANIFESTASI KLINIS
Tergantung pada luasnya penyebaran dan umur anak
Dipengaruhi oleh type  dari organisme keefektifan dari terapi
CHILDREN AND ADOLESCENT
Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang
Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat  berkembang photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma
Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan
Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
Tanda kernig dan brudzinki (+)
Kulit dingin dan sianosis
Peteki/adannya purpura pada kulit  infeksi meningococcus (meningo cocsemia)
Keluarnya cairan dari telinga  meningitis peneumococal
Congenital dermal sinus  infeksi E. Colli
INFANT AND CHILDREN
Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun
Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, mudah lelah dan kejang-kejang, dan menangis meraung-raung.
Fontanel menonjol
Nuchal Rigidity  tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat
NEONATUS
Sukar untuk diketahui  manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik 
 ada kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti: 
Menolak untuk makan
Kemampuan menelan buruk
Muntah dan kadang-kadang ada diare
Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah
Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.
Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak
Leher fleksibel
Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak diobati/ditangani
KOMPLIKASI
Dapat dikurangi dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi antimikrobial dengan cepat.
Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya penekatan pada  bagian yang sempit  obstruksi cairan cerebrospinal  hydrocephalus
Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak  infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.
Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot yang lain pada kepala dan leher  penyebaran infeksi pada daerah syaraf cranial
Kompl;ikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsis atau meningococcemia
Syndrom water haouse-Friderichsen
Overwhelming septic shock
DIC
Perdarahan
Purpura 
SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan hydrocephalus.
Komplikasi post meningitis pada neonatus:
Ventriculitis (yang menghasilkan  kista, daerah yang dibatasi oleh akumulasi cairan dan tekanan pada otak)
Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan nervus yang lain
Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian, gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.
Hemiparesis dan quadriparesis  arthritis/thrombosis
EVALUASI DIAGNOSTIK
LUMBAL FUNKSI
Cairannya  diukur dan diambil sample untuk mendapatkan culture, gram stain, jumlah sel darah merah dan untuk mengetahui adanya glukosa  dan protein
Culture dan stain  mengidentifikasi organisme penyebab
Jumlah sel darah merah meningkat
Glukosa menurun
Kensentrasi protein meningkat
Culture darah
Culture hidung dan tenggorokan
TERAPEUTIC MANAGEMENT
Isolation precautions
Pemberian terapi antimikroba
Mempertahankan hidrasi yang optimum
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi peningkatan TIK
Management dari shock
Mengontrol kejang
Mengontrol temperatur pada ekstrimitas
Koreksi anemia
Perawatan dari komplikasi
PERHATIAN PERAWAT
Melakukan precautions untuk melindungi anak dan orang laindari kemungkinan infeksi .
Menjaga ruangan agar tidak bising dan menimpalkan stimulus lingkungan.
Mencegah aktifitas yang menyebabkan nyeri/  meningkatkan ketidaknyamanan, seperti mengangkat kepala anak.
Memberi dukungan pada keluarga 
Berdiskusi dengan keluarga
Memberikan informasi tentang perkembang anak dan semua prosedur yang akan         dilakukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI MENINGEAL, BEDREST.

TUJUAN 1. : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda nyeri/iritasi meningeal.
KELUHAN : sakit kepala (-), fotophobia (-), tidak ada iritabilitas yang berlebihan. 
HR dan RR normal, tanda kernig’s dan brudzinki (-)
INTERVENSI : 
1. Kaji tingkat nyeri 
2. Evaluasi indikator  dari nyeri (ekspresi wajah, menangis, gerakan), lokasi, lamanya.
3. Lakukan tindakan untuk memberikan kenyamanan (seperti memberikan posisi yang nyaman, distraksi dan massage)
4. Kolaborasi pemberian analgetik
5. Ajarkan anak ( bila sudah besar ) untuk mencegah gerakkan yang meningkatkan TIK ( mis : Batuk, mengedan dll )
6. Batasi pengunjung

TUJUAN 2. : Menunjukkan tidak ada peningkatan TIK 

Kriteria hasil : Tanda Tanda Vital dalam batas normal
Tidak ada iritabilitas
Tidak ada keluhan
INTERVENSI  :
1. Kaji tanda-tanda peningkatan TIK tiap 1 – 2 jam
Penurunan HR & RR, peningkatan TD
Penurunan tingkat pada bayi 
Peningkatan LK pada bayi
Fontanel menonjol
Cengeng, perubahan pupil,  simetris, bengkak & melebar
Sakit kepala & muntah 
2. Elevasikan kepala 30  -  45 
3. Posisi kepala tegak & stabil
4. Menurunkan stimulasi lingkungan
5. Tawarkan kegiatan untuk meningkatkan kenyamanan
6. Batasi cairan

2. RISIKO TINGGI INJURI BERHUBUNGAN DENGAN
TUJUAN : Injuri tidak terjadi
Kriteria Hasil : Tidak ada luka selama dan sesudah serangan
Mengetahui dan mengatasi serangan sesegera mungkin
INTERVENSI   :
1. Monitor frekuensi serangan
2. Pasang penghalang TT
3. Berikan mainan yang lembut
4. Sediakan suction & O 2  disamping tempat tidur
5. Jaga dan tetap tenang dalam serangan
6. Miringkan anak
7. Hindari barang – barang berbahaya

DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.

Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.

Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.


Photobucket