Sabtu, 23 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK


A. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan karena trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.


B. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada kortek, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior  merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya mempunyai konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “ matang” ketika seseorang memasuki dekade ketuju. Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.

C. Klasifikasi katarak
Menurut Allen katarak dibagi dalam dua kelompok :
1. Development Catarak
Pembentukan lensa fiber terganggu selama pertumbuhan ( congenital katarak dan juvenile katarak).
2. Degenarativ Catarak
Lensa fiber sudah terbentuk tetapi karena suatu sebab sehingga terjadi degenerasi dan lensa menjadi keruh ( katarak senile ).

D. Stadium Katarak
1. Stadium insipien
Kekaburan dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya katarak stasioner.

2. Stadium intumesen ( imatur )
Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada keadaan ini adalah myopia, astigmatisme, bayangan iris pada lensa terlihat.
3. Stadium maturesen ( matur )
Kekaburan lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
4. Stadium hipermatur
Biasanya akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau menjadi seperti susu.

E. Tanda-Tanda Katarak
Visus menurun, berlangsung lambat sampai cepat tergantung proses kekeruhannya
Pada katarak tipe nucleus, penglihatan menjadi lebih terang pada waktu senja dibanding pada waktu siang hari
Pada katarak tipe kortek, sebaliknya
Terlihat bintik-bintik hitam pada suatu lapang pandang pada posisi tertentu ( pada stadium insipien )
Diplopia atau poliplopia ( pengaruh pembiasan yang ireguler dari lensa mata )
Myopia, sebagai proses pembentukan katarak dimana lensa mengabsorpsi air sekitar lensa sehingga lensa menjadi cembung.

F. Pemeriksaan Penunang
1. Penyinaran samping
Dengan bantuan lampu senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan dasar hitam. Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat superfisial lensa masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur, iris shadow negative, lensa keruh sama sekali.

2. Offtalmoskope
Pada stadium impisien da imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah jambu, lensa sudah keruh.

G. Penatalaksanaan
Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner. 
Stadium II
Dilakukan secara simtomatis.
Stadium III, dan IV
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser. Namun, masih dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula ( Pokalo 1992 ).
Ada dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
  Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra kapsuler ( ICCE, intra capsuler catarak ekstraksion ) dalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Insrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsula akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih. 
  Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler ( ECCE, extracapsuler catarak ekstraksion ) sekarang merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi posterior mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.

    

















ASUHAN KEPERAWATAN

A. Dianosa Keperawatan
Pre operasi :
” Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan prosedur operasi katarak”
Intra operasi :
” Nyeri berhubungan tindakan operasi”
Pasca operasi :
” Resiko tinggi infeksi berhubungan peradangan luka post operasi


B. Fokus Interfensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan dan informasi pre operasi katarak























Nyeri berhubungan dengan tindakan operasi













Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peradangan luka operasi


























Cemas berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 menit dengan kriteria hasil:
1. pasien tenang dan rileks
2. dapat mengunkapkan penyebab kecemasan
3. pasien mampu menontrol kecemasan
4. pasien dapat menjelaskan tentang tindakan operasi






Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keparawatn selama 5 menit dengan kriteria hasil:
1. pasien menatakan nyeri berkurang
2. wajah pasien kelihatan relaks

tidak terjadi infeksi selama dilakukan tindakan keperawatan


























1. kaji tingkat kecemasanpasien , ukur tanda-tanda fital
2. berikan informasi yan dibutuhkan pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan
3. berikan teknik relaksasi serta suport mental yang melibatkan unsur-usur religi
4. berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya sebelum operasi

1. anjurkan untuk menggunakan teknik manajemen relaksasi, guide imageri, visualisasi, dan napas dalam






1. diskusikan pentinnya cuci tangan sebelum menyentuh atau mengoati mata
2. tunjukan teknik yang tepat untuk memersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usapan, anti balutan dan masukkan lensa kontak keitika menggunakan 
3. tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata yang dioperasi
4. observasi/ diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bekak, drainase purulen. 1. kemungkinan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi dengan disertai napas dangkal dan tidak teratur menunjukkan manifestasi cemas pada pasien
2. informasi yang adekuat dan peyampaian yang aik akan mengubah persepsi dan pola pikir pasien
3. pasien mampu mengontrol tingkat emosi dan kecemasannya, dengan mencoba beberapa teknik napas yang teratur, serta ketenangan jiwa yang berpengaruh terhadap tingkat emosi dan kecemasan
1. meningkatkan relaksasi dan koping dapat menurunkan TIO ( tekanan intra okuli )











1. menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
2. teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
3. mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
4. infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.


































LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN 
DENGAN KATARAK DI RUANG MATA
RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG














DISUSUN OLEH:



POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2006


H. PATWAYS

















Photobucket